Kita terpanggil menjadi pendoa. Haleluya

Kamis, 31 Mei 2012

GEREJA SEBAGAI MEMPELAI KRISTUS ( I Pet 3:3-5)

Surat ini memang ditujukan oleh Petrus kepada kaum perempuan saja, dimana Petrus mencoba memperbaiki cara hidup dari perempuan-perempuan yg hanya fokus menghiasi dirinya secara lahiriah saja.  Kita tahu keindahan itu sangat perlu bagi setiap orang, khususnya bagi kaum perempuan.  Dari ujung rambut sampai ujung kaki semuanya diperindah dan dipercantik, yg dulu rambut lurus dikeritingkan, sekarang yang keriting malah diluruskan, bulu alis dicukur, bulu mata dilentikin, kulit dirawat supaya putih bersih bersinar, kukupun dikikir, dihaluskan dan dibentuk.  Semuanya ini adalah upaya supaya perempuan itu terlihat cantik dan menarik.  Waktu, tenaga dan dana habis untuk itu padahal cantik sesungguhnya dari perempuan itu bukanlah fisiknya, tetapi cantik yang sesungguhnya adalah cantik bathiniah (Inner beauty).

Kecantikan fisik bersifat sementara dan temporer tetapi inner beaty bersifat abadi.  Dalam terjemahan bahasa inggris ditulis "ageless beauty" atau kecantikan yang abadi.  Walau Petrus menyoroti hal ini secara hurufiah, tetapi secara allegoris hal ini juga berbicara tentang gereja-gereja Tuhan pada masa ini.
Gereja adalah mempelai perempuan sementara Kristus sebagai mempelai laki-laki, gereja sebagai mempelai Kristus sering hanya menghiasi dirinya secara lahiriah yang tujuannya supaya orang yg melihatnya terlihat menarik, sementara tujuan gereja yang sesungguhnya diabaikan dan tidak dilakukan.
Contoh : Gereja dalam memberikan persembahan mengupayakan mengisi ketiga kantong persembahan seminimal mungkin,  hanya supaya ketiga persembahan terisi dan ia tidak merasa malu jika ia melewati salah satu dari tiga kantong persembahan tsb, padahal dalam memberi, harus memberi dgn iman dan memberi yang terbaik bukan supaya terlihat orang banyak bahwa ia memberi persembahan untuk ketiga kantong yang dijalankan, inilah kecantikan lahiriah itu.

Gereja masih ada dan tetap berjalan tetapi fungsinya sudah lumpuh dan mati.  Kalau biasanya orang mengabarkan injil supaya orang bertobat, mengenal Kristus dan menerima Kristus dalam hidupnya, berganti supaya ia terkenal dan jadwal "manggung" khotbahnya menjadi padat atau supaya orang datang berbondong-bondong beribadah digerejanya.  Yang lain membangun gedung gerejanya dengan super mewah supaya gerejanya terlihat lebih hebat dari gereja yang lain, sementara fakir miskin dan jompo di abaikan dan tidak diperdulikan.  Tujuan gereja yang sesungguhnya tidak dilakukan tetapi yang bukan tujuan gereja dilaksanakan. Anehnya banyak gereja yang tidak menyadari kekeliruannya ini yaitu hanya mempercantik gereja fisik saja sementara tujuan gereja yang sesungguhnya tidak dilakukan.  Kalau begitu," Bagaimanakah gereja bersikap sehingga terlihat menarik dan cantik yang sesungguhnya???

1. Milikilah sikap yang lemah lembut dan tentram ( 1 Petrus 3 : 4,,,,,,,,,perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tentram. )  Lemah lembut artinya bersifat sabar menghadapi dan mengarahkan setiap orang untuk mengenal Tuhan.  Gereja Tuhan harus bersifat sabar dalam melayani tetapi tentram didalam pimpinan Tuhan dan tentram dalam pimpinan gembala, atasan kita dalam melayani.  Dalam melayani, kita sering terpancing untuk tidak lemah lembut, kondisi sering memaksa kita untuk tidak sabar, tapi semua itu merupaka siasat siiblis supaya kita tidak indah dan menarik.  untuk itu dalam melayani prinsip lemah lembut dan tentram wajib dimiliki setiap gereja Tuhan.

2. Berpengharapan kepada Allah  1 Petrus 3 : 5 ........yang menaruh pengharapannya kepada Allah.  Bandingkan dengan Yeremia 17 : 7 - 8 ,,,,,,, Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!.
Semua Gereja Tuhan harus berpengharapan kepada Allah bukan kepada kekuatannya, koneksinya dan kekuatan-kekuatan lain didunia ini.  Kondisi yang dialami gereja diakhir zaman ini seharusnya memperbesar pengharapan gereja terhadap Tuhan yang mengendalikan dunia ini tetapi faktanya gereja lebih fokus mencari pertolongan kepada manusia.  Karena kita menganggap karya Tuhan bersifat abstrak, normatif sementara pertolongan manusia dianggap lebih praktis dan lebih nyata. 
Memang dibutuhkan penundukkan diri yang sungguh-sungguh dalam kita berharap kepada Tuhan, karena pola yang dipakai Tuhan untuk memelihara kita adalah pola Tuhan bukan pola manusia, sehingga terkesan kuasa Tuhan bersifat abstrak.  Padahal kuasa Tuhan nyata jauh lebih nyata dibanding hukum-hukum alam dan hukum-hukum lainnya yang kita kenal.
3. Melakukan kebenaran  ( 1 Petrus 3;5,,,,,,,,,yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya.
Perempuan yang tunduk kepada suaminya adalah perempuan yang melakukan kebenaran,,,,,lih Efesus 5 : 22.  Jadi gereja juga harus lebih mengutamakan kehendak Tuhan daripada keinginan-keinginan kita pribadi. gereja harus hidup dalam kebenaran. jika gereja itu tidak hidup dalam kebenaran, bagaimana mungkin gereja bisa melayani dan memenangkan banyak jiwa. malah gereja yang tidak hidup dalam kebenaran akan membuat gereja itu mundur, tetapi gereja yang hidup dalam kebenaran akan bertumbuh dan berkembang dan gereja yang demikian adalah gereja yang terbilang cantik dan menarik secara utuh,
Sudahkah saudara memiliki sikap yang lemah lembut, berpengharapan kepada Allah dan sudahkah melakukan kebenara???jika sudah," andalah Gereja yang sungguh-sungguh cantk dan menarik,,,,Haleluya.


Pdm. Elia Siregar S.Th

GPI Lippo Cikarang-Bekasi

Selengkapnya...

Minggu, 27 Mei 2012

Kita, untuk mereka.!!


HALELUYA…!

Salam JDNR , Api Pentakosta tetap menyala!

Berbagai warna kehidupan sedang terjadi di depan kita, berbagai warna pelayanan juga sedang dialamai Gereja. Menangis adalah reaksi spontan yang tertunjukkan ketika mengalami kesulitan, tertawa adalah refleksi kegembiraan ketika mendapatkan atau menemukan dambaannya.  Lambang-lambang ikatan kebersamaan diikrarkan dimana-mana tetapi perwujudan keadilan dan kasih adalah bagian yang paling sempit untuk dapat ditunjukkan.
Dari gambaran keadaan kehidupan diatas, secara jujur banyak kendala kita untuk menyentuhnya secara langsung ketika kita ingin menghapus air mata mereka, ketika kita ingin meluruskan sukacita mereka, ketika kita ingin proklamirkan kasih itu dengan ungkapan dan perbuatan kita. Namun kita tidak kehilangan akal, tidak kehilangan kesempatan, untuk menjadi berkat dari semua yang terjadi ini.

Satu tetes air mata, sepatah dua kata kalimat doa-doa, itu sangat berarti bila  dilakukan dengan penuh tanggung jawab; Karena engkau perduli, karena engkau terpanggil, karena engkau ingin menjadi berkat bagi orang lain.

Jaringan Doa Nasional Rajawali (JDNR) adalah sarana nya, mari terus berdoa untuk membesarkan kerajaan Allah di bumi ini, mari terus berdoa untuk bangsa dan negeri ini, mari terus berdoa untuk umat Tuhan di Indonesia, mari terus berdoa untuk Gereja Pentakosta Indonesia, untuk Para Hamba-Nya dan untuk keluarga-keluarga.

TUHAN YESUS MEMBERKATI!


Salam Pentakosta…Haleluya !
Komisaris JDNR,


( Pdt. A. Tarigan, STh )
Selengkapnya...