Itulah seruan Yesus di kayu salib
beberapa saat menjelang kematian-Nya, arti seruan itu adalah : ”Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku”(Matius 27:46 b). Rasanya seruan
itu menggambarkan satu perjuangan menghadapi maut dalam kesendirian. Sorga diam
dan tidak bereaksi ketika kematian itu masuk kedalam “makluk kekal”
yang rela menjadi manusia yang “fana”. Dengan demikian kematian
nampaknya berhasil menunjukkan “Super Powernya”. Sebelum akhirnya
dikalahkan dengan kebangkitan Yesus.
Kematian Yesus tidak dapat
dilihat sekedar kematian alamiah yang
dapat terjadi kepada setiap orang. Kematian itu adalah satu rencana. Dan
rencana itu berawal di surga jauh sebelum Yesus turun kebumi.Kelahiran Yesus di
Bethlehem adalah awal dari satu rencana
Allah di Kayu salib.Allah membuka satu hubungan baru dengan manusia melalui
kematian ini. Hanya dengan proses inilah Allah melihat manusia menjadi
“acceptable” ,supaya di dalam Dia manusia dibenarkan oleh Allah. (2
Korintus 5:21). Kayu salib telah membuka tabir universal dan
memperbolehkan manusia dapat langsung berhubungan dengan Allah. Kematian itu
adalah aksesnya. Kayu salib membuka “new relationship”bukan “new
religion”. Kayu salib bukan agama baru. Agama hanyalah bayangan, menurut rasul
Paulus, dan Yesus dengan kelahiran. kematian dan kebangkitan adalah “substansinya”. Kita tidak dapat diselamatkan
oleh bayangan keselamatan atau ide keselamatan. Ide keselamatan hanya
memungkinkan kita untuk mengetahui keselamatan itu bukan memiliki keselamatan.
Ide tentang pesawat terbang tidak menjadikan kita memiliki pesawat terbang.
Manusia hanya dapat diselamatkan oleh perbuatan konkrit Allah. Dia sendiri
datang dan menyelamatkan. Yesus adalah substansinya.
Allah membiarkan “anak
manusia” itu mati. Bagaikan domba yang dibawa ke pembantaian dan seperti anak
domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya.Yesus dengan patuh
menelusuri rencana sorga (Kisah 8:32). Satu persatu Yesus menuruni anak
tangga kehinaan dengan sadar dan rela mulai dari Betlehem sampai kepada
kematian. Semakin dia menuju kematian semakin jauh Dia dari sorga dari mana Dia
berasal.Harga harus dibayar bila ingin menuruti semua rencana dan blue print
sorgawi. Dan sorga sendiri tidak akan mengobah rencana itu walaupun hal itu
tidak mudah bagi Yesus sebagai “anak manusia”. Betapa jauhnya Yesus menuruni
anak tangga penderitaan itu sampai kepada anak tangga yang terakhir yaitu
kematian.
Kematian Yesus bukanlah hanya
menjadikan keselamatan itu “dimungkinkan”bagi manusia tetapi sebenarnya adalah
untuk menyelamatkan mereka dari “kutuk hukum taurat” yang telah mengikat
manusia itu secara sistematis dan metodis beribu tahun sampai datangnya
Yesus.Kutuk sistematis ini telah menyandera umat manusia. Dan tidak ada orang
yang akan membayar uang tebusan (ransom) bila tidak ada kepastian akan di
selamatkan atau dilepaskan kepada siapa wang tebusan itu dibayar.Uang tebusan
menjadi bukan uang tebusan kalau tidak ada kelepasan yang terjadi. Kurban
menjadi bukan kurban kalau tidak ada kepastian bahwa akan ada perdamaian dari
yang menerima kurban. Yesus adalah ransom untuk manusia di kayu salib untuk
tebusan dari kutuk dan kuasa dosa yang adalah kematian. Yesus menjadi kurban
untuk perdamaian dengan Allah.Dia membeli kembali orang-orang percaya dengan
darah-Nya
Dengan salib Yesus memberikan
pengembalian hak atas manusia yang percaya.Salib bukan sekedar “maaf”
atau “pardoning”atas dosa manusia.Tetapi pengalihan dari “gelap” kepada “terang”
dari “budak” menjadi “ anak merdeka” dari “musuh” menjadi “sahabat” dari
“terdakwa” menjadi “orang bebas“ dari “akil balik” menjadi “dewasa “
dari “sekedar manager” menjadi pemilik dan pewaris.
Tidak ada keselamatan tanpa
penumpahan darah. Semua agama mengetahuinya demikian. Tetapi keselamatan itu
harus di disain dan dirancang oleh Allah sendiri karena Dialah yang akan
menerima kurban yang ditumpahkan darahnya. Dan Allah hanya berkenan kepada
kurban yang dia telah tentukan sendiri. Manusia tidak dapat didamaikan dengan
kurban yang sama sekali tidak di setujui oleh Allah. Itu adalah perbuatan
sia-sia. Tidak ada self-redemption.Yesus adalah kurban yang di kurbankan sekali
untuk selamanya.
Darah inilah yang “berbicara” (Ibrani
12:24) di sorga dan di seluruh alam jagad raya ini. Darah kayu salib
berbicara tentang pemenuhan semua klaim ”keadilan Illahi”. Ini akan
mengamankan justifikasi (pembenaran)
kita, karena memenuhi semua syarat Allah tentang penebusan dan pengampunan. Semua prosedur illahi telah dipenuhi. Darah di salib adalah bukti
yang berbicara di pengadilan universal bahwa umat manusia telah dibebaskan dari
hukuman kekal. ”Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?, Kristus
Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk
di sebelah kanan Allah, yang malah menjdi pembela bagi kita ( Roma 8:33-34)
Dalam Yohanes 6: 53
berkata:” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging
Anak Manusi dan minum daran-Nya kamu tidak
mempunyai hidup di dalam dirimu”. Ini menunjukkan adanya proses
“importasi”.Kuasa darah Yesus telah di importasikan ke dalam hidup
kita. Importasi mana telah dilakukan oleh Roh Kudus,ketika kita menerima Yesus
dan kita menerima semua kepenuhan-Nya.
Darah Yesus di kayu salib telah
berbicara kepada Allah: ”Ya Bapa ampunilah mereka”. Ini adalah suara perdamaian,
suara yang terdengar ke seluruh alam jagad raya dan bebas prekuensi gelombang
siapa saja yang dapat mendengar dapat percaya dan di selamatkan. Suara ini
sampai di sorga dan justru lebih keras di sorga yang berbicara setiap saat. Ini
bukan suara agama atau suara filsafat atau teologia yang banyak tidak pernah
terdengar sampai di sorga karena jauh di bawah “desibel” pendengaran
Allah. Hanya darah Yesuslah yang di dengar di sorga dan berbicara tentang
pengampunan dosa kita.
Pematangsiantar 27
Maret,2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar