Telah lama saya dibikin penasaran campur takjub ketika membaca Kitab Perjanjian Baru secara serius, khususnya Surat Ibrani. Penasaran, karena dari semua kitab dalam Perjanjian Baru, selain Kisah Para Rasul, hanya Surat Ibrani inilah yang tidak mencantumkan si penulis surat. Sedangkan Surat-surat yang lain ada menuliskan nama si penulisnya. Tetapi justru karena tidak ada nama si penulis surat itulah , maka bagiku ia menjadi semacam misteri dan mengundang rasa penasaran.
Telah lama saya mendengar para hamba Tuhan atau para
pengkotbah menyebut nama Paulus sebagai si penulis Surat Ibrani. Beberapa hamba
Tuhan dalam kotbahnya sering berkata kepada jemaat : “ Mari kita membuka Surat
Paulus dalam Surat Ibrani fasal sekian ayat sekian…”.Termasuk saya pun pernah
berkata demikian, dahulu tentunya. Tapi tidak lagi sekarang. Alasan
sederhananya, karena Alkitabnya sendiri tidak menyebutkan nama Si Penulis,
mengapa saya berani mendahulukan atau memastikan nama si penulisnya ?
Dunia kepenulisan, dunia jurnalistik, adalah bagian
dari pekerjaan saya sehari-hari. Dalam era sekarang bagi yang terbiasa dalam
penulisan artikel, feature, laporan ilmiah atau apapun namanya, maka nama si
penulis wajib dicantunkam dalam karyanya. Tentunya ini menyangkut pertanggung
jawaban isi tulisan maupun hak cipta dari karya tulisan tersebut. Namun, saya
pun tahu dalam banyak kasus, banyak penulis di dunia ini tidak ingin namanya
diketahui publik, maka pilihannya si penulis menggunakan nama pena atau nama
samaran. Tetapi sekali lagi, tak ada nama pena kita temukan dalam Surat Ibrani.
Mungkin tidak berlebihan bila saya menyebut Surat
Ibrani adalah the epistle of mystery alias Surat Misterius. Namun, di balik
misteri tersebut, saya kira tak ada surat yang paling berpengaruh kepada
manusia selama berabad-abad hingga hari ini, seperti Surat Ibrani. Banyak
jiwa-jiwa telah diselamatkan karena menemukan pribadi Yesus melalui Surat
Ibrani ini. Banyak jiwa-jiwa memperoleh pencerahan ketika membaca surat ini.
Sungguh, banyak mutiara indah kita temukan dalam Surat
Ibrani, baik dilihat dari gaya bahasa penulisannya, apalagi isi
tulisannya. Surat ini memiliki kekhasan tersendiri bila dibanding dengan
surat-surat lainnya. Tetapi pertanyaannya : siapakah dia sipenulis surat itu ?
Dan mengapa ia tidak mencantumkan namanya sebagai si penulis Surat Ibrani ?
Maka demi untuk menjawab rasa penasaran saya, sedikit upaya kemudian saya lakukan
untuk mencari jawab, siapakah si penulis surat yg luar biasa ini ?
Melihat dari gaya bahasa tulisannya memang surat ini
jauh berbeda dari surat-surat lainnya. Tak ada introduction atau semacam
pengantar didalamnya, seperti kita temukan dalam surat-surat lainnya. Surat
Ibrani dibuka langsung ke pokok pembahasan. Sehingga ada penafsir Alkitab
berkata bahwa Surat Ibrani ini bukanlah surat biasa, melainkan Sebuah sermon
atau kotbah dalam bentuk tertulis ! Boleh jadi benar tapi mungkin juga tidak.
Menurut tradisi yang cukup tua, konon surat ini
dikenal sebagai surat yang dialamatkan atau ditujukan kepada pembacanya “
orang-orang Ibrani “. Namun, alamat tersebut tidaklah dicantumkan dalam surat
aslinya, melainkan sesuatu yang ditambahkan dikemudian hari oleh sipenyalin
Surat Ibrani. Perlu diketahui bahwa Alkitab yang kita miliki sekarang yang
terdiri dari 66 kitab, adalah merupakan hasil penyalinan ulang ribuan tahun
lalu dan sumber penerjemahannya dari Bahasa Ibrani untuk Perjanjian Lama dan
Bahasa Yunani untuk Perjanjian Baru.
Tidak ada nama si penulis surat, memang demikianlah
adanya. Namun, bila kita membaca surat ini, tak diragukan bahwa si penulis
surat pastilah seorang terpelajar. Ia menguasai bahasa Yunani tetapi
sangat fasih tentang hukum-hukum Taurat dalam Perjanjian Lama. Banyak kutipan
ayat-ayat dari Perjanjian Lama kita temukan. Itu sebabnya, banyak penafsir
Alkitab berkata bahwa Surat Ibrani tidak akan dapat difahami bila pembacanya
tidak memiliki pengetahuan akan Perjanjian Lama.
Tema utama Surat Ibrani ini ialah : Kristus Yesus
Adalah Jalan Keselamatan yang Baru dan yang Hidup (Ibrani 10 : 20).
Dan melalui Surat Ibrani inilah kita menemukan definisi iman sedemikian
indahnya, bahwa Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan
bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11 : 1 ).
Ada banyak penggunaan bahasa Superlatif didalam Surat
Ibrani seperti kata : Lebih Baik, Lebih Tinggi, Lebih Utama atau Lebih Unggul.
Kata Superlatif itu sekurang-kurang terdapat 12 kali kita temukan didalam
suratnya. Perhatikanlah : Anak Allah Lebih Tinggi daripada Malaikat-Malaikat,
Yesus seketika Lebih Rendah daripada Malaikat-Malaikat, Yesus Lebih Tinggi dari
Musa, Kristus adalah Imam yang Lebih Tinggi daripada Harun dan seterusnya.
Melalui Surat Ibrani inilah si penulis surat
menjelaskan kepada pembacanya mengapa ke imaman Yesus lebih tinggi daripada
keimaman Harun. Sebab keimaman Yesus adalah representasi dari keimaman
Melkisedek yang tidak berbapak, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak
berawal dan hidupnya tidak berkesudahan ! Sehingga berdasar surat Ibrani
inilah, maka kita bisa berkata bahwa Yesus dahulu kala pernah hadir dalam
era Perjanjian Lama dan Ia pernah menerima perpuluhan dari Abraham. Kehadiran
Yesus itu tentu dalam pribadi Melkisedekh.
Antara Paulus dan Apolos
Selain si penulis surat ini memiliki kecakapan dalam
menulis, menguasai bahasa Yunani dan fasih tentang hukum-hukum Taurat, ada satu
hal lagi yg bisa kita pastikan, yaitu si penulis surat ini bukan berasal dari
generasi pertama murid Yesus. Artinya, si penulis surat Ibrani bukanlah salah
satu dari ke 12 murid Yesus yang pertama. Dalam suratnya ini menunjukkan bahwa
dia mengenal para rasul atau murid-murid Yesus generasi pertama. Bahkan dia pun
mengenal secara baik Timoteus. Perhatikanlah dalam penutup suratnya : “
Ketahuilah, bahwa Timoteus, saudara kita, telah berangkat. Segera sesudah ia
datang, aku akan mengunjungi kamu bersama-sama dengan dia “ ( Ibrani 13 : 23 ).
Dalam tradisi gereja mula-mula, hingga abad 19, gereja
masih sering mengajarkan bahwa Paulus lah si penulis Surat Ibrani. Namun,
dikemudian hari penyebutan nama Paulus sebagai si penulis Surat Ibrani tidak
lagi diajarkan. Artinya, karena ada perdebatan dan beberapa hal yang meragukan
didalamnya. Mari kita lihat mengapa sangat diragukan Paulus sebagai si penulis
Surat Ibrani :
Pertama, biasanya Paulus dalam surat-suratnya
menyebutkan namanya. Lihat surat Roma, surat Korintus, surat Galatia, surat
Efesus dan lain-lain. Sehingga kalau benar Paulus si penulis Surat Ibrani, maka
surat ini akan menjadi satu-satunya pengecualian.
Kedua, Paulus sendiri begitu yakin bahwa dia menerima
Injil langsung dari Yesus Kristus. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia
Paulus menuliskan : “ Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa
Injil yg kuberitakan itu bukanlah Injil manusia. Karena aku bukan menerimanya
dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku
menerimanya oleh pernyataan Yesus Kristus “ (Galatia 1 : 11-12). Hal ini bertentangan
dengan kesaksian si penulis Surat Ibrani. Dalam suratnya itu si penulis jelas
menunjukkan bahwa ia mengetahui Injil dari pengajaran orang lain, bukan
langsung dari Yesus Kristus ( Ibrani 2 : 1- 3 ).
Ketiga, bahasa penutup yang terdapat didalam Surat Ibrani
sedemikian berbedanya dengan surat-surat paulus. Dalam setiap surat
Paulus, gaya khas penulisan Paulus selalu ditutup dengan “ Salam kepada
…”, Paulus selalu menyebut nama-nama mereka. Tetapi ini tidak kita temukan
dalam Surat Ibrani. Salam yang disampaikan dalam Surat Ibrani ditujukan kepada
pemimpin dan semua orang kudus dan saudara-saudara di Italia, tanpa penyebutan
nama ( Ibrani 13: 24 )
Bila ke-3 point diatas cukup untuk dijadikan alasan
meragukan Paulus sebagai si penulis Surat Ibrani, lalu siapa ? Banyak penafsir
Alkitab kemudian mengacu kepada Apolos sebagai si penulis Surat Ibrani. Martin
Luther, antara lain yang menganggap Apolos lah si penulis Surat Ibrani. Salah
satu alasannya, Apolos disebutkan orang yang mahir dalam soal-soal kitab suci.
Dia seorang Yahudi yang berasal dari Aleksandria ( Kis.18 : 24-28 ). Apolos pun
mengenal murid-murid Yesus generasi pertama, mengenal Paulus dan Timoteus.
Tetapi sayangnya, karena tidak ada Surat Apolos sebelumnya didalam Alkitab
kita, maka kita tidak memiliki perbandingan baik untuk melihat gaya
bahasa kepenulisannya, kesaksian mengenai dirinya maupun pelayanannya.
Diluar Paulus dan Apolos, banyak pula yang menduga si
penulis surat adalah Barnabas teman seperjalanan Paulus. Barnabas berasal dari
jemaat Antiokhia. Ia termasuk dalam kalangan yang disebut nabi dan pengajar
(Kis.13 : 1). Banyak pula yang menduga tabib Lukas lah penulisnya, termasuk
dialah si penulis kitab Kisah Para Rasul. Namun, ada pula yang menduga Surat
Ibrani ditulis oleh Klement dari Roma dan ada pula yang menyebut Priskila dan
Akwila dari Asia Kecil.
Tetapi semuanya hanya dugaan. Kesimpulannya, saya
meragukan untuk menyebut Paulus atau Apolos dan lain-lainnya sebagai si penulis
Surat Ibrani. Tak ada kepastian. Bila tak ada kepastian, maka seperti kata
Origenes : “ Hanya Allah yang mengetahui siapa penulis Surat Ibrani secara
pasti. “
Salam Pentakosta.
N.B : Bagi saudara yang ingin mendalami lebih jauh
tentang Surat Ibrani, ada banyak sumber bacaan yg bisa ditelusuri melalui
internet, diantaranya bisa dibaca di :
1.
Who wrote the Book of Hebrews ? Who was the
author of Hebrews ? lihat di http :// www.gotquestion.org/author-Hebrews.html
2.
The Epistle To Hebrews, by felix just,
S.J, Ph.D,
Lihat di http
://catholic-resources.org/Bible/Epistles-Hebrews.html
3.
The Letter To Hebrew
Lihat di http : //abu.nb.ca/courses/ntintro/Heb.html
4.
New Advent,
Lihat di http ://
www.newadvent.org/cathen/07181a.html
Dan dalam bentuk buku, saya menyarankan untuk
membaca Introduksi Perjanjian Baru, karya Rev.Ola Tulluan, Ph.D, terbitan
Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1999, pada Bab Surat Ibrani
Selengkapnya...