Oleh: Bpk St Lomser Hutabalian, S.Th. GPI Sidang Tembesi-Batam
Yosua 14:1-5
“Inilah semuanya yang diterima oleh orang Israel sebagai milik pusakadi tanah Kanaan, yang telah dibagikankepada orang Israeloleh imam Eleazar,dan Yosua bin Nun dan para kepala kaum keluarga dari suku-suku mereka,dengan mengundimilik pusaka itu, seperti yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa mengenai suku-sukuyang sembilan setengah itu.
Sebab kepada suku-suku yang dua setengah lagi telah diberikan Musa milik pusaka di seberang sungai Yordan,tetapi kepada orang Lewi tidak diberikannya milik pusaka di tengah-tengah mereka.Sebab bani Yusuf merupakan dua suku, Manasye dan Efraim.Maka kepada orang Lewi tidak diberikan bagiannya di negeri itu, selain dari kota-kota untuk didiami, dengan tanah penggembalaannya untuk ternak dan hewanmereka. Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah diperbuat oleh orang Israel dan dibagi-bagi merekalah negeri itu.”
Tuhan membagi-bagikan tanah Kanaan kepada orang Israel melalui Imam
Eleazar, Yosua dan Kepala-kepada suku Israel. Orang Kanaan adalah orang
fasik yang tidak mengenal Tuhan. Tuhan mengalihkan berkat orang Kanaan
untuk menjadi milik kepunyaan orang Israel. Demikian juga berkat orang
fasik dapat dialihkan Tuhan kepada orang-orang pilihan Tuhan.
Sebahagian besar orang yang masuk ke tanah Kanaan adalah orang-orang
yang lahir di tengah jalan dalam perjalanan orang Israel dari tanah
Mesir menuju Kanaan. Dari sekitar 3 Juta orang yang berangkat dari Mesir
hanya 2 orang yang sampai ke Kanaan yaitu Yosua dan Kaleb. Masalah
terbesar pada orang Israel adalah karena tidak percaya kepada Tuhan,
mereka tegar tengkuk. Apa yang terjadi pada bangsa Israel yaitu bahwa
banyaknya jiwa belum tentu banyak pula yang sampai ke “Tanah Perjanjian”
demikian juga dengan banyaknya jemaat dalam suatu penggembalaan belum
tentu banyak pula yang sampai pada tujuan yang benar. Ini perlu jadi
perenungan kita.
Dari ayat 1 ini kita bisa melihat bahwa penulis kitab Yosua ini
sangat mengerti bagaimana menempatkan orang-orang secara pantas dalam
tulisannya. Dalam penulisan itu, urutan orang-orang yang ikut membagi
tanah Kanaan itu pertama adalah Imam (Pemimpin agama/rohani), disusul
oleh Yosua (Pemimpin Bangsa/Negara) dan kemudian para kepala-kepala
suku.
Secara tradisi Yahudi, dipercaya bahwa penulis kitab Yosua adalah
Yosua sendiri. Ini artinya Yosua menyadari benar bila urusan kerohanian
menjadi hal yang paling utama dibandingkan dengan urusan kenegaraan.
Meskipun dia adalah pemimpin bangsa/negara pada saat itu, yang memiliki
kuasa yang sangat besar atas bangsa itu, namun dia tunduk pada Tuhan.
Yosua menempatkan diri dengan baik. Dia bisa saja menulis namanya
terlebih dahulu supaya menimbulkan kesan lebih penting/terhormat tetapi
dia tidak melakukannya
Kita pun harus berusaha menempatkan diri dengan sebaik-baiknya,
sebagai anak-anak Tuhan, pelayan-pelayan sebagai karyawan. Sebagai
pelayan-pelayan harus menempatkan diri sebagai pelayan yang bertanggung
jawab, sebagai pekerja pun bekerja dengan penuh tanggung jawab. Memang
tidak selalu niat baik atau pekerjaan yang penuh tanggung jawab atau
dedikasi akan diresponi oleh orang lain dengan baik pula, namun we need to keep doing good
(kita perlu tetap melakukan yang baik) karena demikianlah hakekat
anak-anak Tuhan. Tetaplah tempatkan dirimu dengan baik, selebihnya
biarlah itu urusan Tuhan.
Dari ayat 2-5 kita belajar bahwa dalam pembagian tanah ini, Imam,
Yosua dan kepala-kepala suku melakukan seperti yang diperintahkan Allah
melalui Musa. Artinya mereka tunduk kepada perintah Tuhan. Tuhan
membagi-bagi tanah Kanaan untuk mereka kerjakan dan menjadi berkat bagi
bangsa itu. Kita pun sebagi anak-anak Tuhan, ada bagian-bagian kita yang
mau kita kerjakan. Oleh karena itu, kita perlu lebih sungguh-sungguh
mencari kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.
Pada pembagian ini, Imam Eleazar, Yosua dan kepala-kepala suku
mengikuti petunjuk Tuhan yang disampaikan lewat Musa dalam Bilangan
26:52-56. Kalau kita baca firman Tuhan ini maka nyata keadilan Tuhan
bagi bangsa itu. Luas tanah yang dibagikan akan disesuaikan dengan
banyaknya umat atau keturunan suku-suku Israel.
Imam Eleazer, Yosua dan kepala-kepala suku menempat diri dengan baik
sebagaimana seharusnya. Mereka bertindak adil mengikuti keadilan Tuhan
atas pembagian ini. Mereka bisa saja bersekongkol dan mengkorupsi tanah
itu seperti kebiasaan sebagian pejabat Indonesia zaman sekarang.
Mereka bisa saja mengambil bagian yang tidak pantas bagi mereka dan
memberikan bagian yang tidak pantas bagi umat itu, namun hal itu tidak
mereka lakukan karena mereka memiliki hati yang murni dan takut akan
Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan akan tahu menempatkan diri dengan
baik, orang yang takut tuhan akan bertindak adil dalam hidupnya.
14-09-12
LH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar