Kita terpanggil menjadi pendoa. Haleluya

Selasa, 08 Oktober 2013

IMAN DALAM TAWANAN ROH

Oleh: Yulia Purba
(Juara I Kategori RENUNGAN, pada Kontes Menulis Gen Muda GPI Tingkat Nasional Tahun 2013)
GPI Sidang Tangerang
Pekerjaan: Mahasiswi

IBRANI 11 : 7

“Karena IMAN,  maka Nuh—dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatandengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya, dan karena IMAN itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran sesuai IMANnya.”

Dalam hidup seringkali kita menghadapi berbagai hal yang tidak sesuai dengan harapan,cita-cita, ataupun kerinduan kita. Sebagai manusia terkadang kita akan mudah menjadi tawar hati. Kecewa, sakit hati, dan protes bisa saja kita lakukan, namun apakah itu memperbaiki keadaan??? Tentu tidak!!!

Dilahirkan dan tumbuh di tengah-tengah keluarga yang kenal Tuhan tidak menjamin hidup saya akan selalu baik-baik saja. Saya dibesarkan sebagai seorang anak bungsu di sebuah keluarga dengan seorang Ibu yang Imannya bertumbuh di Gereja Pentakosta, dan seorang ayah yang sama sekali belum bertumbuh dalam kerohanian, 1 orang kakak yang menyangkal Yesus dan pindah keyakinan, 1 orang kakak lagi dekat dengan Tuhan, dan 2 orang abang yang pada saat itu terbilang sangat nakal. Sekedar kenal Tuhan tidak menjamin kita “DEKAT” dengan Tuhan. Ini yang saya alami.

28 Agustus 1996, ketika saya baru saja menginjak usia 6 tahun, di situlah perjalanan pahit hidup saya dimulai. Ayah yang sangat saya kasihi yang ketika itu ayah saya baru saja memulai hubungan intimnya dengan Tuhan, ternyata harus dipanggil oleh Tuhan. Ayah saya dipanggil oleh Tuhan tepat dihari ulang tahun Ibu saya. Sesuatu yang membuat kami sekeluarga sangat terpukul , kami seperti kehilangan arah, kehilangan nahkoda, kehilangan pegangan hidup, dan nyaris kami kehilangan pengharapan kami, karena sungguh kami masih sangat membutuhkan belas kasih dan cinta dari seorang ayah. Tapi di sinilah Tuhan memproses kami dengan memberikan kekuatan ekstra pada sosok Ibu “pendoa”.  Ibu yang luar biasa sabar dan penuh kasih mendampingi pertumbuhan jasmani dan rohani kami, Ibu yang mengajarkan kami bukan dengan suara yang keras namun lewat tetesan airmata setiap hari kepada Tuhan.

Sosok Ibu mengajarkan saya arti sebuah kasih yang tulus, dan bagaimana kita sebagai anak-anak Tuhan untuk tetap hidup oleh  IMAN dalam TAWANAN ROH. Bagaimana tidak ketika ayah saya dipanggil Tuhan, beliau tidak meninggalkan harta warisan kepada kami yang masih anak-anak. Walaupun kami termasuk dari keluarga yang kurang mampu, Tapi sampai sekarang kami tahu Tuhan tetap tak pernah biarkan kami meminta-minta Roti. Bahkan sampai sekarang saya seringkali masih terkagum-kagum dengan cara Tuhan membuat saya menyelesaikan sekolah saya dari,SD,SMP,SMA, bahkan sampai saya bisa berkuliah dan bekerja. Bukan kah ini sebuah IMAN??? Bagaimana tidak saya melihat kasih yang begitu besar yang ibu saya ajarkan pada kami, ketika kedua abang saya yang sangat nakal terus merongrong keluarga kami, menjual barang-yang ada dirumah, bahkan menyiksa ibu kami secara fisik dan menyiksa adik-adiknya yang perempuan secara brutal, tapi tahukah???tak pernah sedikitpun terlihat dari mata ibu saya sebuah “kebencian”,Tidak sama sekali!! 

Pernah suatu kali, saya melihat dengan jelas bagaimana telapak kaki abang saya yang tertua menginjak tepat diatas leher ibu saya dan ketika saya mencoba menolong saya pun ikut menjadi sasaran kebrutalannya, saat itu saya sangat membenci abang saya, tapi tahukah saudara???setelah itu terjadi ibu saya tetap berdoa bagi dia, bukankah saat itu ibu saya juga sedang berIMAN??dan beberapa hari setelahnya abang saya pulang ke rumah dengan tubuh penuh luka bacokan dan tusukan(habis berbuat jahat di luar), tetapi ia tetap dalam keadaan hidup, pada saat itu melihatnya saja pun saya merasa jijik, tapi apa yang ibu saya lakukan???Ibu saya membuka tangannya lebar-lebar, menyambutnya dengan kehangatan seorang ibu, dan merawat abang saya sampai semua luka-luka ditubuhnya sembuh total.
Luar biasa “IMAN” itu saya lihat mengalir pada ibu saya, yang pasti ibu saya berIMAN anaknya suatu saat akan dijamah Tuhan, bahkan ibu saya tidak memperdulikan luka batinnya, beliau justru menyembuhkan luka di tubuh anak yang menyakitinya. Ibu  pernah berkata kepada saya bahwa suatu saat kami dan seisi rumah kami akan menyembah satu Allah yang benar, yaitu Yesus Kristus, dan Yesus Kristus yang akan memulihkan keluarga kami. Dan benar saja IMAN ibu saya dijawab Tuhan, walau bukan dengan waktu yang cepat, tapi Allah tak pernah lalai menepati janjiNYA, secara perlahan tapi pasti keluarga kami dipulihkan Tuhan.

IMAN dari Nabi Nuh yang saya lihat menjadi pegangan dari ibu saya, Nuh yang tetap membangun bahtera yang kuat untuk keluarganya sebagai IMAN dari janji Allah untuk menyelamatkan keluarganya, di tengah cemooh, sindiran dan ejekan, Nuh tetap membangun bahtera sesuai yang Allah perintahkan.

Sebagai anak-anak Tuhan ini yang Tuhan mau kita lakukan dalam hidup ini, tidak banyak yang Tuhan minta dari kita, yang Tuhan mau ketika Tuhan datang DIA MENDAPATI IMAN DIMUKA BUMI. Iman membuat kita tetap kuat di tengah kepahitan, Iman membuat kita tidak mudah menjadi kecewa pada keadaan sekitar, Iman membuat tetap mengasihi orang yang menyakiti, dan Iman membuat kita tetap teguh dalam menantikan Janji Tuhan. Iman timbul dari KETAATAN PADA FIRMAN. Dan yang terutama yang harus kita perhatikan adalah Iman kita harus dalam ROH KUDUS sehingga Iman kita bukan sekedar keinginan duniawi, tapi IMAN DALAM TAWANAN ROH. Rasul Paulus dalam Kisah Para Rasul 20 : 22 menyatakan : “Tetapi  sekarang sebagai Tawanan ROH aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang terjadi atas diriku disitu”. Tawanan Roh artinya orang yang terikat,orang yang tunduk, dan orang yang TAAT pada perintah Roh Allah yaitu Roh Kudus. Bahwa Roh Kudus yang tetap menuntun kita dalam setiap apa yang kita lakukan dan kita kerjakan. Paulus dalam penginjilannya tak peduli perasaannya, tak peduli rasa sakitnya, bahkan tak peduli kemana pun Tuhan akan membawanya, yang Paulus pedulikan adalah bagaimana ia memuliakan Tuhan, dan bagaimana Firman Allah disampaikan keseluruh penjuru dunia. Inilah yang disebut Iman dalam tawanan ROH.

Anak-anak muda pada masa kini seringkali mejadi anak-anak muda yang terlalu cepat untuk kecewa dan mundur dari Rumah Tuhan, hanya karena tidak diberi bagian pelayanan, hanya karena sakit hati dengan rekan sepelayanan, hanya karena kecewa dengan hamba Tuhan ,
lalu DI MANA IMAN??DI MANA TAWANAN ROH???? Nuh sama sekali tidak memperdulikan orang-orang yang mengejeknya, NUH di jauhi dan di kucilkan oleh orang-orang di sekitarnya bahkan sampai dianggap orang gila, tapi NUH sama sekali tidak mundur dan NUH dengan setia dan ketekunan tetap membangun bahtera, walau seakan “hujan lebat” yang dijanjikan Tuhan itu tak terlihat karena tertutup sinar matahari yang menyengat tapi NUH TETAP SETIA. Saya percaya di sini pun NUH meneguhkan Imannya dalam tawanan ROH KUDUS. Otoritas Roh Kudus yang membuat Nuh bertahan dalam Imannya.

Kita anak-anak muda generasi penerus Gereja Pentakosta Indonesia harus tetap hidup dalam otoritas dan ketundukan penuh pada ROH KUDUS. Karena ROH KUDUS yang membuat Nabi Nuh, Paulus, Ibu saya bahkan kita semua menuai hasil yang indah pada waktunya karena hidup oleh “IMAN DALAM TAWANAN ROH”.  Mari kita semua tetap pertahankan IMAN kita sampai kedatangan Tuhan Yesus Kristus untuk kedua kalinya.

Haleluya!!!!!!

7 komentar:

  1. selamat buat juara I ... renungan

    ya...Karena Iman...maka Nuh dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan , dengan taat mempersiapkan bahtera.

    yg patut kita renungkan dalam hati kita :

    Adakah anda pernah melakukan sesuatu untuk di kemudian hari ???

    Iman = tindakan yang kamu lakukan sekarang untuk hasil dihari mendatang

    "apa yang saya lakukan untuk orientasi masa mendatang"

    "lakukan saja iman mu sekarang, walaupun dalam keadaan ujung akhir hidupmu, karena dgn iman mu itu, Allah akan melakukan sesuatu hal yang SPESIAL...."

    yah..mari kita pertahan kan IMAN kita....sampai Allah menepati janji Nya yaitu "YERUSALEM BARU"
    haleluya amin.

    BalasHapus
  2. Haleluya!! Satu pengalaman rohani yg membangun, jadi teringat ibundaku yg selalu berlutut di pagi hari dgn doa dan pujian penyembahan. Terus maju dlm perjalanan imanmu Yulia.....bersama RohNya pasti akan semakin banyak hal2 indah yg Tuhan nyatakan!!

    BalasHapus
  3. Wow, kisah yang membangun.
    Selamat ya...

    Tuhan Memberkati

    BalasHapus
  4. Dan kini mama telah pergi.. Meninggalkan "iman" untuk diteruskan anak2nya dlm melewati perjalanan hidup

    BalasHapus
  5. Iman mama menjadi teladan bagi kita......

    Dasyat nya cara Tuhan bekerja dlm hidup mama dan keluarga kakak....kiranya apa yg menjadi harapan dan keyakinan mama terkabul....

    Selamat menjalani hari yg lebih berkemenangan kk..

    Semangat..

    We love you

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini warisan terbesar dr mama kem.. Love you too

      Hapus