Kita terpanggil menjadi pendoa. Haleluya

Rabu, 02 Oktober 2013

Peran Pemuda GPI dalam membangun Church Social Responsibility**

**Tanggung Jawab Sosial Gereja

Oleh: Kiki Febriani Rumahorbo
Mahasiswa Jurusan Public Relation Fakultas FISIP – Universitas Lampung
GPI Sidang Tanjung Senang – Bandar Lampung

Bila kita mendengar singkatan CSR mungkin kita akan langsung teringat pada program sosial yang ada pada banyak perusahaan yang lebih sering kita kenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan komitmen sebuah perusahaan dalam memberikan kontribusi positif dan langsung bagi masyarakat di sekitarnya. Lalu bagaimana pemuda GPI menyikapi program  sosial yang ada padahal elemen-elemen sekuler dalam masyarakat saja sudah terbeban terhadap masalah sosial.

Gereja sepertinya lebih asik dan menikmati masa-masa “mempercantik” diri daripada peduli terhadap dunia luar. Aktifitas kerohanian di gereja yang sangat padat dari hari Senin sampai hari Minggu dan seterusnya mungkin membuat gereja merasa telah melakukan sesuatu yang besar untuk Tuhan. Kaum bapak, kaum  ibu, pemuda dan remaja, sekolah minggu dan bahkan hamba Tuhan memiliki waktu khusus melaksanakan aktifitasnya di gereja. Setiap hari Minggu gereja menyelenggarakan ibadah raya yang mungkin dihadiri banyak jemaat dengan suasana ibadah yang meriah penuh sukacita serta pelayanan firman Tuhan yang sangat indah bagi telinga dan hal itu sering membuat gereja merasa sangat puas. Ditambah lagi program pembangunan/renovasi gereja membuat gereja saat ini seolah-olah berlomba-lomba Di sisi lain ada berbagai masalah sosial yang jauh dari perhatian gereja. Padahal gereja yang dalam bahasa Yunani juga disebut ekklesia memiliki arti sebagai kumpulan orang percaya yang terpanggil keluar bukan saja dari kegelapan tapi juga terpanggil untuk banyak orang.

Pemuda GPI menjadi harapan bagi tubuh GPI sendiri untuk melakukan inisiasi kepedulian terhadap masalah-masalah sosial yang mungkin selama ini kurang diperhatikan oleh GPI itu
sendiri. Ada tertulis di Alkitab dalam Yakobus 1:27 mengatakanIbadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka…”, namun nats tersebut rasanya jarang dilakukan oleh Gereja Pentakosta Indonesia. Pemuda GPI dapat menciptakan embrio dan semangat baru dalam melakukan kegiatan sosial seperti mengunjungi panti asuhan ataupun panti jompo, mengunnjungi rumah sakit, penjara, bahkan anak-anak jalanan. Dapat dibayangkan betapa besarnya wujud kasih yang dapat dilakukan oleh Pemuda GPI dengan melakukan aktifitas-aktifitas sosial yang demikian. Kasih tidak lagi hanya kata-kata tapi menjadi sebuah tindakan nyata.

Tanggung jawab sosial gereja seharusnya menjadi salah satu program kerja sebagai wujud dari tindakan kongkret dari kasih yang menjadi inti ajaran Yesus. Jika GPI telah demikian rupa melakukan pelayanan bukan saja yang bersifat “on air’ seperti kegiatan-kegiatan ibadah dan KKR namun juga kegiatan-kegiatan sosial maka sesungguhnya GPI telah menjadi role model dari cita-cita para Bapa pendiri gereja. Hal ini tidak sulit dilakukan jika Pemuda GPI mau memulainya sehingga kelak akan menjadi sebuah gaya hidup bagi seluruh jemaat untuk peduli terhadap dunia sosial. Jika dunia sekuler yang telah mengenal social responsibility saja mampu melakukan hal yang demikian apalagi kita sebagai tubuh Kristus, kita pasti mampu melakukannya lebih besar lagi sehingga semakin banyak orang yang membesarkan nama Tuhan.

Haleluya

2 komentar:

  1. Bagus.......tindakan yang seperti ini memang masih minus di gereja kita pada umumnya, perlu diwujudkan dengan tindakan nyata .....diakonia salah satu dari Tri Tugas panggilan Gereja tidak hanya kedalam tetapi juga keluar.

    Thx Kiki.....sudah mengingatkan melalui tulisannya ini ya, Jesus bless u

    BalasHapus
  2. GPI harus mampu keluar dari kungkungan budaya lokal dan lebih meluas pelayanannya.. Haleluya

    BalasHapus