**Tanggung Jawab Sosial
Gereja
Oleh: Kiki Febriani Rumahorbo
Mahasiswa
Jurusan Public Relation Fakultas
FISIP – Universitas Lampung
GPI Sidang Tanjung Senang –
Bandar Lampung
Bila
kita mendengar singkatan CSR mungkin kita akan langsung teringat pada program
sosial yang ada pada banyak perusahaan yang lebih sering kita kenal dengan istilah
Corporate Social Responsibility (CSR).
CSR merupakan komitmen sebuah perusahaan dalam memberikan kontribusi positif
dan langsung bagi masyarakat di sekitarnya. Lalu bagaimana pemuda GPI menyikapi
program sosial yang ada padahal
elemen-elemen sekuler dalam masyarakat saja sudah terbeban terhadap masalah
sosial.
Gereja
sepertinya lebih asik dan menikmati masa-masa “mempercantik” diri daripada
peduli terhadap dunia luar. Aktifitas kerohanian di gereja yang sangat padat
dari hari Senin sampai hari Minggu dan seterusnya mungkin membuat gereja merasa
telah melakukan sesuatu yang besar untuk Tuhan. Kaum bapak, kaum ibu, pemuda dan remaja, sekolah minggu dan
bahkan hamba Tuhan memiliki waktu khusus melaksanakan aktifitasnya di gereja. Setiap
hari Minggu gereja menyelenggarakan ibadah raya yang mungkin dihadiri banyak
jemaat dengan suasana ibadah yang meriah penuh sukacita serta pelayanan firman
Tuhan yang sangat indah bagi telinga dan hal itu sering membuat gereja merasa
sangat puas. Ditambah lagi program pembangunan/renovasi gereja membuat gereja
saat ini seolah-olah berlomba-lomba Di sisi lain ada berbagai masalah sosial
yang jauh dari perhatian gereja. Padahal gereja yang dalam bahasa Yunani juga
disebut ekklesia memiliki arti
sebagai kumpulan orang percaya yang terpanggil
keluar bukan saja dari kegelapan tapi juga terpanggil untuk banyak orang.
Pemuda
GPI menjadi harapan bagi tubuh GPI sendiri untuk melakukan inisiasi kepedulian
terhadap masalah-masalah sosial yang mungkin selama ini kurang diperhatikan
oleh GPI itu
sendiri. Ada tertulis di Alkitab dalam Yakobus 1:27
mengatakan
“Ibadah
yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi
yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka…”, namun nats tersebut
rasanya jarang dilakukan oleh Gereja Pentakosta Indonesia. Pemuda GPI dapat
menciptakan embrio dan semangat baru dalam melakukan kegiatan sosial seperti mengunjungi panti asuhan ataupun panti
jompo, mengunnjungi rumah sakit, penjara, bahkan anak-anak jalanan. Dapat
dibayangkan betapa besarnya wujud kasih yang dapat dilakukan oleh Pemuda GPI
dengan melakukan aktifitas-aktifitas sosial yang demikian. Kasih tidak lagi
hanya kata-kata tapi menjadi sebuah tindakan nyata.
Tanggung
jawab sosial gereja seharusnya menjadi salah satu program kerja sebagai wujud
dari tindakan kongkret dari kasih yang menjadi inti ajaran Yesus. Jika GPI
telah demikian rupa melakukan pelayanan bukan saja yang bersifat “on air’
seperti kegiatan-kegiatan ibadah dan KKR namun juga kegiatan-kegiatan sosial
maka sesungguhnya GPI telah menjadi role
model dari cita-cita para Bapa pendiri gereja. Hal ini tidak sulit
dilakukan jika Pemuda GPI mau memulainya sehingga kelak akan menjadi sebuah
gaya hidup bagi seluruh jemaat untuk peduli terhadap dunia sosial. Jika dunia
sekuler yang telah mengenal social
responsibility saja mampu melakukan hal yang demikian apalagi kita sebagai
tubuh Kristus, kita pasti mampu melakukannya lebih besar lagi sehingga semakin
banyak orang yang membesarkan nama Tuhan.
Haleluya
Bagus.......tindakan yang seperti ini memang masih minus di gereja kita pada umumnya, perlu diwujudkan dengan tindakan nyata .....diakonia salah satu dari Tri Tugas panggilan Gereja tidak hanya kedalam tetapi juga keluar.
BalasHapusThx Kiki.....sudah mengingatkan melalui tulisannya ini ya, Jesus bless u
GPI harus mampu keluar dari kungkungan budaya lokal dan lebih meluas pelayanannya.. Haleluya
BalasHapus