Kita terpanggil menjadi pendoa. Haleluya

Jumat, 19 Oktober 2012

Menjadi TUAN atas uang

Oleh: Bpk Pdt L Pardede, Pimpinan Sidang GPI Mabar-Medan, 
Disampaikan pada Kebaktian kaum Ibu GPI Kota Medan Sekitarnya, 12 Oktober 2012 di GPI Bagan Deli, Gabion-Belawan

Nats Firman Tuhan: I Tim 6:10;
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Kaum ibu yang dikasihi Tuhan, betapa kejamnya benda yang bernama uang ini karena ternyata cinta akan dia lah akar dari segala kejahatan.  Betapa uang ini ternyata menjadi virus mematikan bagi kita, karena hampir-hampir bisa membinasakan kita dan melenyapkan kesempatan kita meraih hidup kekal. Padahal benda yang satu inilah yang kita cari-cari siang, sore, malam bahkan hingga larut malam. Tapi ternyata cinta kita kepadanya, berujung kebinasaan.  Kalau begitu jangan lagi simpan uang nya, kumpulkan saja dan kasih sama saya nanti, hahaha

Kenapa uang menjadi akar dari kejahatan? Paulus mengatakan di ayat yang kita baca tadi adalah jika kita menjadi MENCINTAI uang? Apa yang dimaksud dengan mencintai atau cinta akan uang?  Kalau si Budi sudah jatuh cinta sama si Wati, dan kalau itu cinta betulan maka sudah dapat ditebak, apa pun yang menghalangi, si Budi akan tetap ngotot dan rela berkorban untuk mendapatkan cinta si Wati.

Demikian juga bila kita sudah jatuh cinta akan uang, maka kita akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Itulah sebabnya muncul korupsi dan meraja lela dimana-mana.  Cinta akan uang akan memindahkan cinta kita dari Tuhan beralih kepada uang. Maka secara otomatis kita akan makin melupakan Tuhan dan mengrahkan hidup kita untuk meraih uang..uang dan uang...

Lalu bagaimana supaya kita tidak menjadi hamba uang? Caranya adalah dengan MENJADI TUAN ATAS uang itu sendiri.  Jangan malah sebaliknya.

Bagaimana ciri-ciri orang yang cinta akan uang?

Ciri Pertama adalah: Terlalu perhitungan. Terlalu hitung-hitungan memberi kepada hal yang baik. Terlalu hitung-hitungan memberi kolekte, persembahan dan untuk amal. Padahal untuk kepuasan duniawai seperti judi, mabuk, jajan, belanja tidak pernah hitung2an.

Ciri kedua adalah:  Mengutamakan mencari uang daripada beribadah. Kaum ibu yang terkasih, ada banyak umat Kristen yang mengutamakan uang daripada beribadah.  Padahal sebenarnya pekerjaan bisa ditinggalkan pada jam ibadah, namum karena takut kehilangan sekian puluh ribu, akhirnya dia pilih bekerja dan lupa beribadah. Orang yang punya usaha sering cari2 alasan. Ada yang bilang, hari minggu adalah hari dimana pelanggan kami lebih banyak. Mereka lupa bahwa Tuhanlah sumber dari kekayaan. 

Ciri ketiga adala: Pelit.  Anak Tuhan tidak boleh pelit. LIhatlah seorang janda di Sarfat. Suatu waktu abdi Tuhan datang dan minta dibuatkan roti/makanan, padahal situasi saat itu si Janda hanya tinggal memiliki sedikit tepung roti dan tinggal untuk makan sekali saja dan setelah itu mungkin akan mati karena kehabisan makanan. Akan tetapi karena si janda tidak pelit dan tidak hitung2an, lihatlah apa yang terjadi? Yang ada adalah kelimpahan yang luar biasa.  Sungguh Tuhan memberkati orang yang bermurah hati. Apalagi kalau memberi untuk urusan Tuhan. Segala sesuatu akan Dia cukupkan.

Marilah kita biasakan memiliki gaya hidup memberi, bukan gaya hidup hitung-hitungan. itulah pertanda bahwa kita bukan lagi hamba kepada uang, melainkan menjadi Tuan atas uang.

HALELUYA 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar