Oleh: Safatulus Giawa, Sidang Hiliweto-Nias. Juara Harapan-I Kategori Renungan Pada Kontes Menulis Gen Muda GPI Tingkat Nasional Tahun 2013
Ayat : Ibrani 10:3
Ayat
Pendukung : Roma 15:13;Mzm. 100:5
Berpegang
adalah kata perintah untuk tidak melepaskan genggaman kepada suatu benda yang
telah terjamin kekuatannya. Pengharapan
merupakan bagian terbesar dari Iman. Pengharapan merupakan suatu bentuk
tindakan atau perbuatan yang tidak berhenti dan selalu sabar menantikan suatu janji yang kekal. Dalam hal
ini, janji itu jelas ada keberadaannya namun
kapan datang dan kapan akan diterima belum ditentukan kapan waktunya.
Pengharapan juga
diartikan sebagai penyerahan hidup sepenuhnya kepada Tuhan Yesus. Firman Tuhan dalam Ibrani 10:23, Berbunyi
“Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan pengharapan kita, sebab Ia, yang
menjanjikannya, Setia.” Firman Tuhan ini mengajak kita untuk teguh berpengharapan yang bersumber dari
Allah, sebagaimana terdapat dalam Roma 15:13,
“Allah adalah Sumber Pengharapan......”. Ketika kita mengaku bahwa Allah adalah
sumber pengharapan dalam hidup kita,
maka apapun yang terjadi dalam tubuh jasmani kita, apakah kita mengalami kelemahan secara
fisik, kita merasa seakan-akan doa-doa yang kita panjatkan tak pernah dijawab Tuhan, kita
mendapatkan banyak masalah, hingga kita mengalami
pencobaan yang sangat dahsyat yang mustahil untuk kita dapat tanggung.
Namun, apapun
itu, karena sumber pengharapan kita adalah Allah yang setia, maka kita tetap berserah
diri kepada Tuhan, karna kita ketahui bahwa Allah tak pernah ingkar akan
janji-Nya. Salah satu teladan yang patut
kita teladani dalam keteguhan berpengharapan dalam Alkitab ialah Ayub. Kita mengetahui bersama meskipun
Ayub kehilangan harta benda, anakanaknya, sampai penyakit barah yang busuk dari
telapak kaki sampai kepada batu kepalanya menyerangnya. Namun selama itu juga
kata kutuk tak pernah keluar dari mulutnya, walaupun istrinya sendiri menganjurkannya (Ayub 2:9).
Dalam konteks tersebut, penyerahan Ayub yang benar-benar sungguh-sungguh, tak hanya
dalam kata-kata, tetapi Ayub benar-benar konsisten dan berpegang pada pengakuannya
dengan keberadaan Allah .
Keteguhan
pengakuan yang seperti inilah yang dimaksudkan oleh Penulis Surat Ibrani,
supaya setiap umat Tuhan tak hanya mendengar dan menyampaikan Firman Tuhan,
tetapi melakukannya juga. Ketika cobaan
datang, ketika masalah datang melanda, mulut akan tetap menyanyi memuliakan Tuhan, tangan akan tetap bertepuk
tangan, lutut tak akan lelah untuk tersungkur dan menyembah Tuhan, sebab Yesus yang kita
sembah tak akan mengecewakan Anak-anak yang
benar-benar berserag diri pada-Nya, Ia tetap setia pada janji-Nya. Kita lihat
kembali kisah Ayub, pada akhir masa
Ujinya, Ayub 42:10, berbunyi; “Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk
sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala
kepunyaannya dahulu”. Dalam hal ini kita boleh bermegah, bahwa sesakit apapun, seperih apapun
derita kita, namun rencana Tuhan adalah rencana
yang Amat Agung, Dia menyediakan suatu rencana indah ketika cobaan yang diijinkan-Nya datang menimpa kita.
Dan
kita, Bagaimanakah kita meresponi kejadian yang melanda kita ? Setekun apakah kita berpegang
pada pengakuan pengharapan kita ? Apakah kita tetap memberkati ketika
bencana datang
silih berganti menimpa kita ?. kita jawab masing-masing. Dan tetaplah ingat ketika
berbagai hal-hal buruk itu datang, sukacita sorga menantimu. Dan tetaplah ingat
lebih lagi, ketika bencana melanda, laluilah itu dengan tegar, karna sgala sesuatu terjadi berada dalam Kuasa Allah kita.
Percayalah Allah memberikan suatu cobaan sesuai dengan kemampuan kita. Tetaplah berdoa,
itu adalah senjata kita melawan dunia ini.
Ketika hendak mulai ragu, percayalah itu bukan rasa benci Allah, karna Yesus
telah memperdamaikan kita dengan Allah,
sehingga pintu Surga terbuka untuk kita, yang percaya kepada-Nya. Jadi, marilah kita teguh berpegang
pada pengakuan pengharapan kita.
Sebab
Ia yang menyediakan berbagai macam berkat
akan diberikan-Nya kepada siapa tetap berpegang pada Iman dan pengharapannya.
Itu adalah janji-Nya kepada Umat-Nya. Sebab, Pemazmur mengatakan, “Karena kita ketahui bahwa Ia yang
menjanjikannya setia dan kasih setia-Nya untuk selama-lamanya dan kesetiaan-Nya
tetap turun-temurun (Mzm. 100:5). Jangan
ragu, tetaplah berpegang pada
pengharapanmu sampai hari kesudahan dunia ini. Teguhlah, Allah itu Baik. Amin ya Amin... Maka sekarang, Firman
Allah dalam Ibrani 10:22: “Karena itu
marilah kita menghadap Allah dengan hati
yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan
tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”
Oleh
sebab itu, Marilah kita saling menghadap Allah dengan hati yang Tulus, kita
doakan bersama kesuksesan Sinode Tahunan
Gereja Pentakosta Indonesia (GPI), perayaan Jubilium 70th GPI, Para panitia
pelaksana setiap acara, mulai dari bapak Ketua Umum kita Bapak Rev. D.R. M.H. Siburian., M.Min, Para panitia dan
koordinator, anggota setiap bidang tertentu, supaya diberkati Tuhan, diberi kekuatan,
kesehatan jasmani dan Rohani, dan diberikan Roh dan Hikmat yang dari pada-Nya
supaya hamba-hamba-Nya itu dipimpin-Nya dalam memimpin setiap tahapan acara yang di
laksanakan. Dan terlebih-lebih kita berdoa supaya
GEREJA
PENTAKOSTA INDONESIA tetap jaya dan terus menjadi berkat bagi setiap orang disekitarnya.
Amin. Demikian, salam Pentakosta, Haleluya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar