Oleh: Eunike Olivia Ambarita
Juara - III Kategori Artikel
Sidang: Tangerang
Pekerjaan: Mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara
Umur: 19 Tahun
Salam
Pentakosta!!!
Dalam
artikel ini saya akan membahas tentang “The Last Man Standing”. Tahukah Anda
apa makna kalimat tersebut?
Secara harafiah kita dapat menerjemahkannya sebagai orang yang terakhir berdiri. Namun, dalam konteks ini maksud dari pernyataan tersebut adalah orang yang bertahan sampai akhir. Pernyataan ini sebaiknya dipegang oleh setiap orang yang tergabung sebagai pelayan Tuhan di Gereja Pentakosta Indonesia, khususnya bagi pemuda-pemudi. Karena pemuda-pemudilah kelak menjadi generasi penerus yang akan mengembangkan dan menentukan pelayanan di gereja kita ini. Bagi pemuda-pemudi sebaiknya turut ambil peran atau bagian dalam pelayanan di gereja. Banyak hal yang dapat kita kerjakan dalam mendukung pelayanan di gereja, tetapi yang terutama adalah melakukan pelayanan sesuai dengan pimpinan Tuhan.
Secara harafiah kita dapat menerjemahkannya sebagai orang yang terakhir berdiri. Namun, dalam konteks ini maksud dari pernyataan tersebut adalah orang yang bertahan sampai akhir. Pernyataan ini sebaiknya dipegang oleh setiap orang yang tergabung sebagai pelayan Tuhan di Gereja Pentakosta Indonesia, khususnya bagi pemuda-pemudi. Karena pemuda-pemudilah kelak menjadi generasi penerus yang akan mengembangkan dan menentukan pelayanan di gereja kita ini. Bagi pemuda-pemudi sebaiknya turut ambil peran atau bagian dalam pelayanan di gereja. Banyak hal yang dapat kita kerjakan dalam mendukung pelayanan di gereja, tetapi yang terutama adalah melakukan pelayanan sesuai dengan pimpinan Tuhan.
Bagaimana
kita dapat mengetahui apa panggilan yang Tuhan berikan bagi kita untuk kita kerjakan?
Tentu saja dengan berkomunikasi dengan Tuhan. Ya, memiliki hubungan yang intim
dan membangun komunikasi dengan Tuhan setiap saat membuat kita peka akan
tuntunan Yesus di dalam hidup kita. Ketika kita melakukan pelayanan yang telah
dipercayakan kepada kita maka kita haruslah melakukannya dengan penuh ketulusan
dan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Karena DIA tidak memandang seberapa besar
atau kecil pelayanan yang kita lakukan, tetapi yang Tuhan lihat adalah
kesungguhan kita saat melakukannya untuk Tuhan. Baik sebagai hamba Tuhan,
worship leader, singer, pemain musik, tim doa, operator, pembawa persembahan,
bahkan penerima tamu sekalipun semuanya sama di mata Tuhan. Ketika kita
mengerjakannya sambil menundukkan hati di hadapan Tuhan, maka hati Tuhan akan
disenangkan dan DIA akan mempercayakan kita untuk melakukan hal-hal yang lebih
besar dari apa yang telah kita lakukan. Berbahagialah ketika Tuhan memilih kita
sebagai pelayan-Nya. Itu adalah sebuah kehormatan yang besar ketika kita
dipercayakan melayani DIA, Sang Raja Sorga. Karena tidak semua orang dipilih
dan diperkenankan-Nya untuk melayani DIA.
Begitu
juga dengan organisasi kepemudaan yang ada di tiap-tiap Gereja Pentakosta
Indonesia. Mulai dari ketua sampai kepada anggota selain menundukkan diri
kepada Tuhan, hendaklah kita juga saling mengasihi satu sama lain. Karena kasih
yang kita berikan kepada sesama kita juga bukti pelayanan kasih yang kita
berikan kepada Tuhan (Lukas 10:27). Mari kita belajar saling menghargai satu
sama lain dan bekerja sama untuk membangun Kerajaan Sorga di tengah-tengah
muda-mudi GPI. Melalui kasih yang kita miliki maka tali persaudaraan diantara
pemuda-pemudi pun akan semakin erat. Selain itu, kita dapat saling membangun
satu sama lain karena kasih yang kita miliki itu adalah kasih sejati yang
berasal dari Roh Kudus. Para pelayan dapat melakukan beberapa kegiatan yang
membangun kehidupan rohani muda-mudi dan membangun kebersamaan yaitu kebaktian
padang, retreat, dan outbond. Pemerhati dikalangan pemuda juga sangat
diperlukan untuk membantu (follow up) sesamanya yang memiliki beban atau
pergumulan. Sehingga, mereka
merasa bahwa sungguh teman-teman yang memerhatikan dan mendukungnya dalam doa.
Sedikit perhatian yang kita berikan bagi mereka akan sangat berharga dan
bernilai bagi mereka.
Ada hal-hal yang harus dimiliki seorang pelayan
sehingga dia bisa menjadi seorang yang berjuang dan bertahan sampai akhir.
1. Komitmen
Ketika kita menjadi
pelayan Tuhan maka kita harus memiliki komitmen yang benar di hadapan Tuhan
bahwa kita benar-benar ingin melayani Dia dan menyerahkan hidup kita sepenuhnya
kepada Tuhan. Manusia sering kali meminta agar Tuhan memakai hidupnya sebagai
pelayan Tuhan tetapi ketika Tuhan menempatkannya di suatu ladang pelayanan
manusia malah menolak pemberian Tuhan dan bermalas-malasan. Padahal dia yang
meminta agar Tuhan memakai hidupnya dan ketika Tuhan menjawab doanya, dia tidak
memegang perkataan yang telah dia sampaikan kepada Tuhan.
2. Ketika
meminta pengurapan dari Tuhan lakukanlah hal-hal yang menjadi kesenangan hati
Tuhan
Ada banyak orang yang
meminta pengurapan Tuhan hanya untuk dibanggakan di khalayak ramai dan dipicu
oleh emosinya. Namun kita sebagai pelayan yang mau tunduk di hadapan Tuhan,
biarlah menerima pengurapan Roh Kudus karena Roh itu sendiri yang bekerja atas
diri kita. Dan dari semuanya kita biarlah kita juga dapat dibangun, orang-orang
sekitar kita dapat dibangun melalui kesaksian kita atas kasih Tuhan yang kita
rasakan.
3. Miliki
hati untuk Tuhan
Menjadi pelayan Tuhan
yang sungguh-sungguh harus memiliki hati sepenuhnya untuk Tuhan. Berikanlah
yang terbaik bagi Sang Raja bukan untuk dilihat sempurna oleh manusia. Ketika
kita melayani Tuhan, biarlah hanya nama Yesus saja yang ditinggikan dan
dimuliakan, bukan untuk dipandang hebat oleh orang lain (mencuri kemuliaan
Tuhan).
4. Jika
Tuhan sudah memakai kita sebagai alat-Nya, maka lakukanlah hal-hal yang
menyenangkan hati Tuhan
Ketika Tuhan
mempercayakan kita sebagai pekerja di ladangnya, maka lakukanlah hal-hal yang
membuat hati Tuhan senang. Berikan buah yang manis yang dapat dicicipi Tuhan
sehingga DIA tidak murka terhadap kita. Ingat! Kita melayani DIA bukan untuk
kemegahan diri kita sendiri, tetapi hanya untuk kemuliaan Tuhan saja.
5. Dasari
kehidupanmu dengan sebuah visi
Visi merupakan sesuatu yang ingi kita capai. Tentu saja sebagai pelayan
ada visi yang Tuhan taruhkan di dalam hidup kita. Ada banyak visi Tuhan di
dalam hidup kita. Dengarkan panggilan Tuhan dan peka akan suaraNya. Setiap
orang memiliki visi yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang Tuhan katakan pada
orang tersebut. Dan didalam mencapai visi tersebut kita diajar untuk berserah
kepada Tuhan. Pengandalan diri dan pemikiran hanya akan semakin menjauhkan kita
dari visi yang Tuhan berikan. Biarkan Tuhan yang menuntun langkah kita kepada
rencana-Nya yang telah disediakan oleh Bapa.
6. Terus
berjuang dalam proses
Proses adalah
pembentukan yang dilakukan Tuhan di dalam hidup kita. Setiap proses tidak ada
yang enak. Proses yang akan membuat kita semakin dewasa secara rohani di
hadapan Tuhan. Sering kita berpikir bahwa proses yang Tuhan kadang bahkan
sering terlalu berat dan berada di luar kemampuan kita. Mengapa kita dapat
berpikir demikian? Karena kita mengandalkan pikiran dan melogikakan apa yang
sedang terjadi di hidup kita. Kita
tidak mau diam dan tenang mengikuti proses yang Tuhan berikan. Memang sangat
sakit ketika hidup kita diproses oleh Tuhan tetapi ketahuilah bahwa semuanya
itu mendatangkan kebaikan bagi kita. Apa yang Tuhan
pikirkan tidak akan dapat
kita jangkau dengan pikiran kita. Seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:8-9, “8Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman Tuhan. 9Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah
tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Oleh karena
itu, hanya penyerahan diri penuhlah yang memampukan kita melewati setiap proses
yang Tuhan berikan dan keluar sebagai pemenang.
7.
Jangan
kecewa atas proses yang Tuhan berikan
Saat Tuhan memberikan
proses dalam hidup kita, yang DIA ingin lihat adalah bagaimana respon kita
terhadap proses yang Tuhan berikan. Apakah di dalam kesusahan sekalipun kita
tetap mengucap syukur dihadapan-Nya? Jangan pernah kecewa atas proses yang
Tuhan berikan. Ketika kita mengeluarkan kata kecewa, maka kita tidak akan dapat
melalui proses itu dan tidak keluar menjadi pemenang. Mengucap syukurlah dalam
segala hal dan kita akan melihat sesuatu yang besar terjadi dalam hidup para
pelayan-Nya.
8. Setia
sampai akhir
Setia berarti mau tunduk kepada
Tuhan sampai akhir hidupnya, apapun yang terjadi dalam hidupnya, dia tetap
menjadikan Yesus yang nomor satu di dalam hidupnya. Dan kesetiaan dan
ketundukan yang sejati adalah yang timbul dari hati oleh karena dorongan Roh
Kudus. Setia bukanlah ketundukan dan ketaatan kepada firman Tuhan ketika
dipantau dan diawasi oleh
pemimpin atau gembala sidangnya. Tetapi setia adalah
yang merenungkan dan melakukan firman Tuhan setiap saat sampai kedatangan Tuhan
kedua kalinya.
Lukas
22:3 menunjukkan kegagalan Yudas sebagai murid Yesus dan sebagai pelayan Tuhan.
Yudas tidak dapat disebut sebagai The Last Man Standing karena dia pada
akhirnya mati tanpa adanya pertobatan. Tetapi kita dapat meneladani jejak
Petrus. Ketika dia mengalami proses yaitu dibanjiri pertanyaan oleh orang-orang
yang menghujat Yesus, Petrus gagal. Tetapi ketundukkannya kepada Tuhan untuk
mau kembali menjadi pelayan yang tunduk dihadapan Tuhan maka dia pun dipakai
luar biasa oleh Tuhan. Dan biarlah kita pemuda-pemudi Gereja Pentakosta
Indonesia menjadi The Last Man Standing, yaitu orang yang berdiri dan bertahan
sampai kesudahannya, melayani dengan kesungguhan sampai Yesus datang menjemput
kita orang yang percaya kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar