Kita terpanggil menjadi pendoa. Haleluya

Minggu, 08 September 2013

Berpegang pada Pengharapan...

Oleh:  Safatulus Giawa, Sidang Hiliweto-Nias.  Juara Harapan-I Kategori Renungan Pada  Kontes Menulis Gen Muda GPI Tingkat Nasional Tahun 2013

Ayat  : Ibrani 10:3

Ayat Pendukung : Roma 15:13;Mzm. 100:5

Berpegang adalah kata perintah untuk tidak melepaskan genggaman kepada suatu benda yang telah terjamin kekuatannya.  Pengharapan merupakan bagian terbesar dari Iman. Pengharapan merupakan suatu bentuk tindakan atau perbuatan yang tidak berhenti dan selalu sabar  menantikan suatu janji yang kekal.  Dalam hal ini, janji itu jelas ada keberadaannya namun  kapan datang dan kapan akan diterima belum ditentukan kapan waktunya.

Pengharapan juga diartikan sebagai penyerahan hidup sepenuhnya kepada Tuhan Yesus. Firman Tuhan dalam Ibrani 10:23, Berbunyi “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, Setia.” Firman Tuhan ini mengajak kita untuk teguh berpengharapan yang bersumber dari Allah, sebagaimana terdapat dalam Roma  15:13, “Allah adalah Sumber Pengharapan......”. Ketika kita mengaku bahwa Allah adalah  sumber pengharapan dalam hidup kita, maka apapun yang terjadi dalam tubuh jasmani  kita, apakah kita mengalami kelemahan secara fisik, kita merasa seakan-akan doa-doa yang  kita panjatkan tak pernah dijawab Tuhan, kita mendapatkan banyak masalah, hingga kita  mengalami pencobaan yang sangat dahsyat yang mustahil untuk kita dapat tanggung.

Namun, apapun itu, karena sumber pengharapan kita adalah Allah yang setia, maka kita tetap berserah diri kepada Tuhan, karna kita ketahui bahwa Allah tak pernah ingkar akan janji-Nya.  Salah satu teladan yang patut kita teladani dalam keteguhan berpengharapan dalam Alkitab  ialah Ayub. Kita mengetahui bersama meskipun Ayub kehilangan harta benda, anakanaknya, sampai penyakit barah yang busuk dari telapak kaki sampai kepada batu kepalanya menyerangnya. Namun selama itu juga kata kutuk tak pernah keluar dari mulutnya, walaupun  istrinya sendiri menganjurkannya (Ayub 2:9). Dalam konteks tersebut,  penyerahan Ayub  yang benar-benar sungguh-sungguh, tak hanya dalam kata-kata, tetapi Ayub benar-benar  konsisten dan berpegang pada pengakuannya dengan keberadaan Allah .

Keteguhan pengakuan yang seperti inilah yang dimaksudkan oleh Penulis Surat Ibrani, supaya setiap umat Tuhan tak hanya mendengar dan menyampaikan Firman Tuhan, tetapi melakukannya  juga. Ketika cobaan datang, ketika masalah datang melanda, mulut akan tetap menyanyi  memuliakan Tuhan, tangan akan tetap bertepuk tangan, lutut tak akan lelah untuk tersungkur  dan menyembah Tuhan, sebab Yesus yang kita sembah tak akan mengecewakan Anak-anak  yang benar-benar berserag diri pada-Nya, Ia tetap setia pada janji-Nya. Kita lihat kembali  kisah Ayub, pada akhir masa Ujinya, Ayub 42:10, berbunyi; “Lalu TUHAN memulihkan  keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan  kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu”. Dalam hal ini kita boleh  bermegah, bahwa sesakit apapun, seperih apapun derita kita, namun rencana Tuhan adalah  rencana yang Amat Agung, Dia menyediakan suatu rencana indah ketika cobaan yang  diijinkan-Nya datang menimpa kita.

Dan kita, Bagaimanakah kita meresponi kejadian yang  melanda kita ? Setekun apakah kita berpegang pada pengakuan pengharapan kita ? Apakah  kita tetap memberkati ketika
bencana datang silih berganti menimpa kita ?. kita jawab  masing-masing. Dan tetaplah ingat ketika berbagai hal-hal buruk itu datang, sukacita sorga menantimu. Dan tetaplah ingat lebih lagi, ketika bencana melanda, laluilah itu dengan tegar, karna sgala  sesuatu terjadi berada dalam Kuasa Allah kita. Percayalah Allah memberikan suatu cobaan  sesuai dengan kemampuan kita. Tetaplah berdoa, itu adalah senjata kita melawan dunia  ini. Ketika hendak mulai ragu, percayalah itu bukan rasa benci Allah, karna Yesus telah memperdamaikan kita dengan Allah, sehingga pintu Surga terbuka untuk kita, yang percaya kepada-Nya. Jadi, marilah kita teguh berpegang pada pengakuan pengharapan kita.

Sebab Ia  yang menyediakan berbagai macam berkat akan diberikan-Nya kepada siapa tetap berpegang pada Iman dan pengharapannya. Itu adalah janji-Nya kepada Umat-Nya. Sebab, Pemazmur  mengatakan, “Karena kita ketahui bahwa Ia yang menjanjikannya setia dan kasih setia-Nya untuk selama-lamanya dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun (Mzm. 100:5).  Jangan ragu,  tetaplah berpegang pada pengharapanmu sampai hari kesudahan dunia ini. Teguhlah, Allah itu  Baik. Amin ya Amin... Maka sekarang, Firman Allah dalam Ibrani 10:22:  “Karena itu marilah kita menghadap Allah  dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah  dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”

Oleh sebab itu, Marilah kita saling menghadap Allah dengan hati yang Tulus, kita doakan bersama kesuksesan Sinode Tahunan Gereja Pentakosta Indonesia (GPI), perayaan Jubilium 70th GPI, Para panitia pelaksana setiap acara, mulai dari bapak Ketua Umum kita Bapak Rev.  D.R. M.H. Siburian., M.Min, Para panitia dan koordinator, anggota setiap bidang tertentu,  supaya diberkati Tuhan, diberi kekuatan, kesehatan jasmani dan Rohani, dan diberikan Roh dan Hikmat yang dari pada-Nya supaya hamba-hamba-Nya itu dipimpin-Nya dalam  memimpin setiap tahapan acara yang di laksanakan. Dan terlebih-lebih kita berdoa supaya

GEREJA PENTAKOSTA INDONESIA tetap jaya dan terus menjadi berkat bagi setiap orang disekitarnya. Amin. Demikian, salam Pentakosta, Haleluya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar