Kita terpanggil menjadi pendoa. Haleluya

Kamis, 26 September 2013

The Last Man Standing...

Oleh:  Eunike Olivia Ambarita

Juara - III Kategori Artikel
Sidang: Tangerang
Pekerjaan: Mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara
Umur: 19 Tahun

Salam Pentakosta!!!
Dalam artikel ini saya akan membahas tentang “The Last Man Standing”. Tahukah Anda apa makna kalimat tersebut?
Secara harafiah kita dapat menerjemahkannya sebagai orang yang terakhir berdiri. Namun, dalam konteks ini maksud dari pernyataan tersebut adalah orang yang bertahan sampai akhir. Pernyataan ini sebaiknya dipegang oleh setiap orang yang tergabung sebagai pelayan Tuhan di Gereja Pentakosta Indonesia, khususnya bagi pemuda-pemudi. Karena pemuda-pemudilah kelak menjadi generasi penerus yang akan mengembangkan dan menentukan pelayanan di gereja kita ini. Bagi pemuda-pemudi sebaiknya turut ambil peran atau bagian dalam pelayanan di gereja. Banyak hal yang dapat kita kerjakan dalam mendukung pelayanan di gereja, tetapi yang terutama adalah melakukan pelayanan sesuai dengan pimpinan Tuhan.
Bagaimana kita dapat mengetahui apa panggilan yang Tuhan berikan bagi kita untuk kita kerjakan? Tentu saja dengan berkomunikasi dengan Tuhan. Ya, memiliki hubungan yang intim dan membangun komunikasi dengan Tuhan setiap saat membuat kita peka akan tuntunan Yesus di dalam hidup kita. Ketika kita melakukan pelayanan yang telah dipercayakan kepada kita maka kita haruslah melakukannya dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Karena DIA tidak memandang seberapa besar atau kecil pelayanan yang kita lakukan, tetapi yang Tuhan lihat adalah kesungguhan kita saat melakukannya untuk Tuhan. Baik sebagai hamba Tuhan, worship leader, singer, pemain musik, tim doa, operator, pembawa persembahan, bahkan penerima tamu sekalipun semuanya sama di mata Tuhan. Ketika kita mengerjakannya sambil menundukkan hati di hadapan Tuhan, maka hati Tuhan akan disenangkan dan DIA akan mempercayakan kita untuk melakukan hal-hal yang lebih besar dari apa yang telah kita lakukan. Berbahagialah ketika Tuhan memilih kita sebagai pelayan-Nya. Itu adalah sebuah kehormatan yang besar ketika kita dipercayakan melayani DIA, Sang Raja Sorga. Karena tidak semua orang dipilih dan diperkenankan-Nya untuk melayani DIA.
Begitu juga dengan organisasi kepemudaan yang ada di tiap-tiap Gereja Pentakosta Indonesia. Mulai dari ketua sampai kepada anggota selain menundukkan diri kepada Tuhan, hendaklah kita juga saling mengasihi satu sama lain. Karena kasih yang kita berikan kepada sesama kita juga bukti pelayanan kasih yang kita berikan kepada Tuhan (Lukas 10:27). Mari kita belajar saling menghargai satu sama lain dan bekerja sama untuk membangun Kerajaan Sorga di tengah-tengah muda-mudi GPI. Melalui kasih yang kita miliki maka tali persaudaraan diantara pemuda-pemudi pun akan semakin erat. Selain itu, kita dapat saling membangun satu sama lain karena kasih yang kita miliki itu adalah kasih sejati yang berasal dari Roh Kudus. Para pelayan dapat melakukan beberapa kegiatan yang membangun kehidupan rohani muda-mudi dan membangun kebersamaan yaitu kebaktian padang, retreat, dan outbond. Pemerhati dikalangan pemuda juga sangat diperlukan untuk membantu (follow up) sesamanya yang memiliki beban atau pergumulan. Sehingga, mereka merasa bahwa sungguh teman-teman yang memerhatikan dan mendukungnya dalam doa. Sedikit perhatian yang kita berikan bagi mereka akan sangat berharga dan bernilai bagi mereka.
Ada hal-hal yang harus dimiliki seorang pelayan sehingga dia bisa menjadi seorang yang berjuang dan bertahan sampai akhir.
1.      Komitmen
Ketika kita menjadi pelayan Tuhan maka kita harus memiliki komitmen yang benar di hadapan Tuhan bahwa kita benar-benar ingin melayani Dia dan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Manusia sering kali meminta agar Tuhan memakai hidupnya sebagai pelayan Tuhan tetapi ketika Tuhan menempatkannya di suatu ladang pelayanan manusia malah menolak pemberian Tuhan dan bermalas-malasan. Padahal dia yang meminta agar Tuhan memakai hidupnya dan ketika Tuhan menjawab doanya, dia tidak memegang perkataan yang telah dia sampaikan kepada Tuhan.

2.      Ketika meminta pengurapan dari Tuhan lakukanlah hal-hal yang menjadi kesenangan hati Tuhan
Ada banyak orang yang meminta pengurapan Tuhan hanya untuk dibanggakan di khalayak ramai dan dipicu oleh emosinya. Namun kita sebagai pelayan yang mau tunduk di hadapan Tuhan, biarlah menerima pengurapan Roh Kudus karena Roh itu sendiri yang bekerja atas diri kita. Dan dari semuanya kita biarlah kita juga dapat dibangun, orang-orang sekitar kita dapat dibangun melalui kesaksian kita atas kasih Tuhan yang kita rasakan. 

3.      Miliki hati untuk Tuhan
Menjadi pelayan Tuhan yang sungguh-sungguh harus memiliki hati sepenuhnya untuk Tuhan. Berikanlah yang terbaik bagi Sang Raja bukan untuk dilihat sempurna oleh manusia. Ketika kita melayani Tuhan, biarlah hanya nama Yesus saja yang ditinggikan dan dimuliakan, bukan untuk dipandang hebat oleh orang lain (mencuri kemuliaan Tuhan).

4.      Jika Tuhan sudah memakai kita sebagai alat-Nya, maka lakukanlah hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan
Ketika Tuhan mempercayakan kita sebagai pekerja di ladangnya, maka lakukanlah hal-hal yang membuat hati Tuhan senang. Berikan buah yang manis yang dapat dicicipi Tuhan sehingga DIA tidak murka terhadap kita. Ingat! Kita melayani DIA bukan untuk kemegahan diri kita sendiri, tetapi hanya untuk kemuliaan Tuhan saja.

5.      Dasari kehidupanmu dengan sebuah visi
Visi merupakan sesuatu yang ingi kita capai. Tentu saja sebagai pelayan ada visi yang Tuhan taruhkan di dalam hidup kita. Ada banyak visi Tuhan di dalam hidup kita. Dengarkan panggilan Tuhan dan peka akan suaraNya. Setiap orang memiliki visi yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang Tuhan katakan pada orang tersebut. Dan didalam mencapai visi tersebut kita diajar untuk berserah kepada Tuhan. Pengandalan diri dan pemikiran hanya akan semakin menjauhkan kita dari visi yang Tuhan berikan. Biarkan Tuhan yang menuntun langkah kita kepada rencana-Nya yang telah disediakan oleh Bapa.

6.      Terus berjuang dalam proses
Proses adalah pembentukan yang dilakukan Tuhan di dalam hidup kita. Setiap proses tidak ada yang enak. Proses yang akan membuat kita semakin dewasa secara rohani di hadapan Tuhan. Sering kita berpikir bahwa proses yang Tuhan kadang bahkan sering terlalu berat dan berada di luar kemampuan kita. Mengapa kita dapat berpikir demikian? Karena kita mengandalkan pikiran dan melogikakan apa yang sedang terjadi di hidup kita. Kita tidak mau diam dan tenang mengikuti proses yang Tuhan berikan. Memang sangat sakit ketika hidup kita diproses oleh Tuhan tetapi ketahuilah bahwa semuanya itu mendatangkan kebaikan bagi kita. Apa yang Tuhan
pikirkan tidak akan dapat kita jangkau dengan pikiran kita. Seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:8-9, “8Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. 9Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Oleh karena itu, hanya penyerahan diri penuhlah yang memampukan kita melewati setiap proses yang Tuhan berikan dan keluar sebagai pemenang.

7.      Jangan kecewa atas proses yang Tuhan berikan
Saat Tuhan memberikan proses dalam hidup kita, yang DIA ingin lihat adalah bagaimana respon kita terhadap proses yang Tuhan berikan. Apakah di dalam kesusahan sekalipun kita tetap mengucap syukur dihadapan-Nya? Jangan pernah kecewa atas proses yang Tuhan berikan. Ketika kita mengeluarkan kata kecewa, maka kita tidak akan dapat melalui proses itu dan tidak keluar menjadi pemenang. Mengucap syukurlah dalam segala hal dan kita akan melihat sesuatu yang besar terjadi dalam hidup para pelayan-Nya.

8.      Setia sampai akhir
Setia berarti mau tunduk kepada Tuhan sampai akhir hidupnya, apapun yang terjadi dalam hidupnya, dia tetap menjadikan Yesus yang nomor satu di dalam hidupnya. Dan kesetiaan dan ketundukan yang sejati adalah yang timbul dari hati oleh karena dorongan Roh Kudus. Setia bukanlah ketundukan dan ketaatan kepada firman Tuhan ketika dipantau dan diawasi oleh
pemimpin atau gembala sidangnya. Tetapi setia adalah yang merenungkan dan melakukan firman Tuhan setiap saat sampai kedatangan Tuhan kedua kalinya.

Lukas 22:3 menunjukkan kegagalan Yudas sebagai murid Yesus dan sebagai pelayan Tuhan. Yudas tidak dapat disebut sebagai The Last Man Standing karena dia pada akhirnya mati tanpa adanya pertobatan. Tetapi kita dapat meneladani jejak Petrus. Ketika dia mengalami proses yaitu dibanjiri pertanyaan oleh orang-orang yang menghujat Yesus, Petrus gagal. Tetapi ketundukkannya kepada Tuhan untuk mau kembali menjadi pelayan yang tunduk dihadapan Tuhan maka dia pun dipakai luar biasa oleh Tuhan. Dan biarlah kita pemuda-pemudi Gereja Pentakosta Indonesia menjadi The Last Man Standing, yaitu orang yang berdiri dan bertahan sampai kesudahannya, melayani dengan kesungguhan sampai Yesus datang menjemput kita orang yang percaya kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar